Waktu SMA dulu saya adalah seorang anak paskibra. Dan saya bangga akan hal itu. Why kenapa? Karena paskibra membuat saya disiplin (hingga sekarang) dan gampang bersosialisasi. Nilai plusnya, baju PDU paskibra keren - keren!hehehe
Salah satu kesibukan anak paskibra biasanya dimulai saat akan diadakan 17an. Begitu pula dengan paskibra 53 waktu itu. Anggotanya dari anak kelas 1,2,3 dikumpulkan 2 bulan sebelum 17an, untuk di briefing. SMA saya selalu dapet undangan untuk jadi petugas di kelurahan. Tapiiii... orang yang tugas di kelurahan biasa dianggap sebagai 'divisi 2' sedangkan yang di sekolah 'divisi 1' dan semua pengen banget bisa main di 'divisi 1'. Ada seleksinya. Biasanya diseleksi melalui sikap sempurna, gerakan, pandangan mata, dan kesempurnaan gerakan (hiperclip, belok, dll). Alhamdulillah, waktu kelas 1 saya kepilih masuk jadi pasukan pengibar di 'divisi satu'. Nah, saat itu pas saya kelas 2 saya juga nggak mau kalah dari anak kelas 1! Kalo bisa saya masuk 'divisi 1' lagi, masuk ke pasukan pengibar lagi (walau saya tahu saya pasti jadi 'kalkulator' di pojok belakang kiri karena ukuran tubuh saya yang nggak memungkinkan).
Jadi, siang hari itu, ijin nggak masuk pelajaran, kita pun dijemur di tengah badai matahari (bohong deh, nggak segitu juga. lebay). Kita dibarisin dan mulai diberikan berbagai aba - aba, mulai dari dua belas gerakan dasar, sampai gerakan variasi. Udah gitu kita didiemin lama di tengah lapangan. Gileee... keringet udah netes dimana - mana, tapi badan mesti sekaku patung dan setegap TNI. mata nggak boleh 'belanja' dan harus senantiasa menatap lurus ke depan, pun sampai kepalan tangan pun mesti kaku sekaku - kakunya.
Muka cowok harus segarang mungkin. Muka cewek harus senyum tebar pesona dikit tapi nggak boleh sampai keliatan gigi.
Nah, lagi berdiri diam seperti patung, menghadap ke tiang bendera. Tiba - tiba dari belakang... BUAAAAKKK!!! aduuuuhhh... untung saya masih konsentrasi. Dari belakang dipukulin tangan dan lengannya. Untung saya konsentasi jadi tangan saya cuma gerak sedikit aja. Sakit juga siiiih... nyeri... tapi saya berusaha untuk tidak menampilkan ekspresi kaget ataupun sakit di wajah saya. Walau saya sempat mendengar suara orang - orang di belakang yang kaget. Ada juga tes suara, buat jadi pembaca undang - undang, danton, dan pemimpin upacara. Sebenarnya saya juga tergoda buat jadi pemimpin upacara. Alasannya: bisa diliat banyak orang. hahaha (nggak banget ya. emang dasar narsis!)
Setelah penjemuran kembali, di sore hari kita diistirahatkan. Dan saat itu kakak - kakak pembina kembali menjadi amat ramah dan gokil. Tapi itulah saat paling mendebarkan. Di divisi mana saya akan masuk????
Saya nggak berharap yang muluk - muluk. Soal suara jadi danton & pemimpin upacara, tandingannya berat yaitu Ukay dan PW. Jadi syukur Alhamdulillah deh, kalo bisa masuk pasukan. Untuk posisi paling bergengsi yaitu pemegang baki bendera biasanya dipegang oleh anak kelas 3.
Namun akhirnya, setelah diumumkan, saya masuk divisi 1 lagi!!! tapi ternyata tahun ini bukan saya yang badannya paling kecil. Sehingga posisi saya agak berubah, jadi di tengah - tengah (walaupun tetap paling belakang). Keesokan harinya, saya pun ke sekolah dengan semangat full power!!!
Karena ada latihan, harus bawa alat latihan dengan lengkap : handuk good morning, gesper, baju hitam, sepatu pantofel. Nah, ini adegan yang agak sedikit konyol khas saya. Pagi - pagi sebelum berangkat, saya menyadari bahwa saya juga mesti membawa baju olah raga karena ada mata pelajaran itu. Waddduhhh... bakalan berat ini barang bawaan. Akhirnya saya pun memutuskan untuk langsung pake sepatu pantofel aja dari rumah (Walau bikin kaki kaku). Dengan teramat bodoh saya tidak sadar kalo olahraga sama sekali susah dilakukan kalo pake sepatu pantofel.
Jadi begitulah. Saat jam pertama, saya baru sadar kalo saya pake sepatu pantofel yang nggak mungkin bisa dipake olahraga!!! Maannn,,, inilah salah satu bukti keserampangan dan kesleboran saya. Saya segera berpikir cepat dan segera berlari ke kelas sahabat saya yaitu Wishe Tara Permata Sari, yang sudah sangat tahu tabiat kesleboran saya yang tiba - tiba. Mana lagi ada pelajaran di kelas dia. Trus saya muncul di depan kelas, minta ijin masuk dan pastinya tampak aneh dengan setelan baju olahraga dan sepatu pantofel (sama sekali nggak nyambung) lalu tanpa memberi penjelasan lebih lanjut, minta wishe segera melepas sepatunya lalu saya pun lari keluar dengan tak lupa minta ijin yang terburu - buru kepada guru yang mengajar di kelas. Waktu saya pake sepatunya, ternyata kebesaran!!! Yah, tapi mau gimana lagi. Daripada main basket pake sepatu pantofel kan. Kejadian ini berakhir dengan wishe dengan kaki terpicang - pincang masuk ke kelas gw di jam istirahat sambil bilang : "gila nih sepatu sempit banget!!!" hahaha
Cukup.
Nah, kembali lagi dijemur di sore hari (Alhamdulillah). Latihan pun dimulai! Nah, entah kenapa pas latian yang bawa baki salah mulu. Jalannya nggak lurus gitu. Pas ditanya sama kakaknya kenapa, eh ternyata dia gugup paling depan. Emang kalo pemegang baki posisinya paling mantep deh. Paling depan, sendiri (lebih depan daripada danton!) pakaiannya PDU 1 dengan tambahan lencana khusus. Jadi pusat perhatian semua orang! Wow! Kalo yang nggak biasa tampil, mungkin susah kali buat jadi pemegang baki.
Akhirnya terjadi perombakan. Kakak pembina bertanya siapa yang bersedia jadi pemegang baki? belom sempet saya jawab saya mau (tapi malu) jadi pemegang baki, anak - anak udah nyebut nama saya kayak paduan suara. Terus saja jadi nggak enak juga sih kok tiba - tiba jadi gitu. Tapiii... ya sudah karena ini yang memang saya inginkan, saya pun dengan gembira menerima ini (walau sedikit tersipu - sipu. hehehehe).
Tapi kemudian saya baru ngerasain emang gak enak jadi pemegang baki! Asik emang, menjadi yang terdepan, tapiiii... yaampun berat bakinya itu lho, minta ampun deeeeh!!!
Hari pertama megang baki, sumpah saya langsung terkena kram - kram lengan stadium 1. Bayangin aja... latian banyak salah, diulang - diulang, dan saya harus tetap memegang baki yang terbuat dari kayu entah apa seberat lima kilo hanya dengan kedua tangan yang harus tetap lurus di depan dan nggak boleh berubah posisisnya??
Semalaman saya nggak bisa tidur saking kram - kram itu tangan. Beeeuhhh manttapp banget kram nya, mana dua tangan lagi. Keesokan harinya saya jadi nggak mood buat latihan. Tapi sudah diamanahkan, jadi saya jaga amanah.
Tapi rupanya kakak - kakak pembina saja terlampau kejam hari itu. Hari - hari awal saya masih tahan dengan baki kosong. lalu hari - hari selanjutnya mereka mulai menaruh berbagai macam barang; helm (ini yang paliiiing parah), tas (yang isinya setumpuk buku. parah juga), dan tumpukan baju. "Anggap aja ini benderanya" (perasaan bendera nggak seberat helm deh,)dan mereka bilang, semakin kuat menanggung berat, semakin bagus (disangka saya ini kuli angkut???!!). Selama latihan saya panas dingin, dan selepas latihan sakitnya luar biasa sekujur lengan. Sampai suatu hari saya nggak tahan lagi lalu saya NANGIS...
emang sih nggak nangis terang - terangan. Saya menolak waktu tuh baki mau ditaroin helm lagi. Trus akhirnya keluar air mata deh... terus kakak - kakaknya langsung pada sadar kali saat itu kalo mereka selama ini kejam (padahal aslinya gila dan sama sekali nggak kejam sih), terus saya langsung dikasih permen lolipop, dikasih minum, bahkan nawarin buat dipijitin. Terus gara - garanya saya langsung jadi ketawa deh. abis mereka kayak kelimpungan ngurusin anak bayi yang nangis. hahaha
Latian berlanjut (dan tanpa beban tambahan apapun di atas baki). Karena anak - anak cewek mulai cemberut, latian pun diharuskan untuk menggulum daun (saya juga kena), kak khafi sempet nyaranin buat disuruh megang bata biar tangannya nggak belanja tapi karena nyari bata sebanyak itu susah, jadi batal (syukur Alhamdulillah).
Euforia terus berlanjut. Malam tujuh belasan nginep di sekolah. Curhat, sharing, asik deh pokoknya! Keesokan paginya, dengan gembira saya memakai pakaian kebesaran yaitu PDU 1 untuk pertama kalinya, tak lupa dengan gelar di bahu kanan kiri, lencana, badge bordir, dan pin - pin kebesaran. Wow! ini pertama kalinya pakai PDU 1 setelah tahun lalu PDU 2!
Tapi karena kecerobohan saya (aduhhh pengen banget nggak ceroboh lagi) semua dokumentasi yang ada di hp nggak sengaja ke format jadi nggak ada kenang - kenangan deh :(
Tapi yang penting, sukses! Gak ada acara bendera kebalik (yang paling parah) atau saya yang tiba - tiba pingsan karena keberatan bawa baki (salah satu mimpi buruk saya). Dan alangkah baiknya, saat saya udah gemeteran di depan peserta upacara sekitar 30an menit lebih memegang baki, kak Aidil datang menghampiri dan mengambil baki dari tangan saya. Waaaaahhh... syukur Alhamdulillah, bisa sikap sempurna. Lumayan daripada megang baki lurus di depan!
Yang paling mengasyikkan setelah euforia latian dan upacara 17 selesai adalah, kita sharing, gila - gilaan, borong isi kantin, ketawa - ketiwi bareng semua senior paskib dan kakak pembina (walau sebelumnya sempet disiram air seember yang sudah jadi tradisi), dan tak lupa: menyanyikan MARS PASKIBRA 53 diiringi Formasi Bintang Variasi. Cihuuuyyyy!!!
Paskibra 53 berjiwa Satria.Tidak pernah mengenal keluh kesah. Apapun rintangan selalu dihadapi. Maju pantang mundur itulah semboyannya! Hidup - hidup Paskibra 53 tempat kita ditempa! Hidup - hidup Paskibra 53 tempat kita ditempa! Jaya!!!





No comments:
Post a Comment